Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten
Gianyar,
Bali.Tempat ini terletak kurang-lebih 40 km ke arah timur laut dari kota Denpasar.
Kawasan Tampaksiring dapat dikatakan kawasan yang memiliki nilai
historis. Selain terdapat Pura Tirta Empul dan permandiannya, juga bekas
Istana Presiden RI Pertama, serta Pura Gunung Kawi.
Diperkirakan nama Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak
yang berarti “telapak” dan siring yang bermakna “miring”. Makna dari
kedua kata itu konon terkait dengan sepotong legenda yang tersurat dan
tersirat pada sebuah daun lontar, yang menyebutkan bahwa nama itu
berasal dari bekas jejak telapak kaki seorang raja bernama Mayadenawa.
Mitologi Pura Tirta Empul
Pada zaman dahulu kala, tersebutlah seorang raja yang gagah perkasa
dan tak tertandingi di daerah bali. Raja ini bernama Mayadanawa seorang
raja di bali berketuruanan Daitya (raksasa) anak dari seorang Dewi Danu
Batur. Raja ini terkenal dengan kesaktiannya yang sangat luar biasa, ia
mampu merubah dirinya menjadi bentuk apapun yang ia kehendaki seperti
menjadi kambing, ayam, pohon, batu dan yang lainnya.
Dengan kesaktiannya tersebut, ia mampu menaklukan daerah-daerah
seperti daerah makasar, sumbawa, bugis, lombok dan blambangan. Karena
kesaktian dan tahta yang ia dapatkan, Mayadanawa menjadi sangat angkuh
dan sombong. Bahkan ia melarang penduduk-penduduk di bali untuk
menyembah tuhan dengan segala manifestasinya, karena ia merasa tak ada
yang paling kuat selain dirinya maka ia menyuruh para penduduk untuk
menyembah dirinya saja.
Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang
dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa
dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa
Tampak siring.
Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik
(Racun) yang mengakibatkan banyaknya para pasukan Bhatara Indra yang
jaruh sakit akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra
segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah
(Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para pasukan Bhatara
Indra sehingga tidak beberapa lama bisa sembuh lagi seperti sedia kala.
Pengejaran Mayadanawa pun dilanjutkan. Mengetahui hal itu,
Mayadanawa sempat ingin bersembunyi dengan merubah dirinya menjadi
bermacam-macam bentuk namun Bhatara Indra tetap mengetahuinya. Pada
akhirnya, Mayadanawa merubah dirinya menjadi Batu Paras, diketahuiah
oleh Bhatara Indra kemudian dipanah batu paras tersebut dan pada
akhirnya Raja Mayadanawa menemui ajalnya.
Kematian Mayadanawa itu kemudian di peringati oleh masyarakat hindu di Bali sebagai peringatan Hari Raya Galungan, yang mengandung makna “Kemenangan Dharma melawan Adharma“.
Sejarah Dibangunnya Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli
berkuasa dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui dari bunyi
lontar Usana Bali. Isi dari lontar itu disebutkan artinya sebagai
berikut: “Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh
Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua
rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya,
seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”.
Sedangkan Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan
Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari
adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat
tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun
pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi.
Dalam Prasasti Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di
Bali mulai tahun Saka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77
tahun. Berarti Permandian Tirtal Empul dibangun lebih dulu kemudian
Puranya. Ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan
permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya.
Tata Cara Untuk Melukat
Berikut adalah Tahapan-tahapan dalam melukat di Tirta Empul yang merupakan saduran dari I Nyoman Sarna, SE :
I. Tahap Pertama
1. Persiapkan pakaian yang sesuai untuk melukat
2. Haturkan pakeling/pejati ditempat yang telah disediakan dan canang
sari disetiap pancuran yang akan dimohon berkahnya. Duduk sejenak,
sampaikan permohonon dan tujuan melukat.
3. Untuk tahap pertama lakukan pengelukatan pada Tirtha Gering selama tiga kali berturut-turut pada hari yang berbeda
4. Pada setiap pancoran dilakukan dengan cara cuci muka tiga kali,
berkumur tiga kali, minum sekali selanjutnya melukat selama tiga kali
hitungan umur dengan cakupkan tangan didada sambil memanjatkan doa.
Akhiri dengan puji syukur (matur suksme)
II. Tahap Kedua
Bila putaran pada tahap pertama sudah selesai, maka barulah dilakukan
putaran tahap kedua dengan langkah-langkah sama seperti diatas dan
diawali dari:
1. Tirtha Gering, Tirtha Leteh, Tirtha Penyakit Berat, Tirtha Pelebur
Kutukan, Tirtha Pelebur Cor, Tirtha Sudamala, Tirtha Merta, Selanjutnya
disesuaikan dengan kebutuhan;
2. Tirtha Penyakit Kulit, Tirtha Ketenangan Jiwa, Tirtha Rematik, Tirtha
Gigi, Tirtha Sakit Tulang, Tirtha Asmara, Tirtha Ketenangan Emosi,
Tirtha Penyakit Pernafasan, Tirtha Rambut.
II. Tahap Ketiga
Matur Suksme pada Beliau yang ber-Sthana di Pura Luhur Tirtha Empul, atas segala berkah dan kesembuhan yang telah diberikan.
Di Tirta Empul sebenarnya ada 33 Pancoran akan tetapi pernah terjadi
gempa besar saat ini yang masih berfungsi 22 buah pancuran, terbagai
menjadi 3 kelompok:
1. Tirtha Pembersihan (14 pancuran):
1.1. Tirtha Bepergian Jauh, (auranya-putih ; energi ; rasa aman)
1.2. Tirtha Penyakit Kulit, (auranya–merah kekuningan ; energi-belerang)
1.3. Tirtha Ketenangan Jiwa, (auranya-bening ; energi-dingin seperti salju), baik untuk mengatasi stres, gangguan ingatan.
1.4. Tirtha Rematik, (auranya-merah terang ; energi-hangat), baik untuk rematik, asam urat, kekakuan otor, alergi
1.5. Tirtha Gigi, (auranya-pancawarna ; energi-ngilu), baik untuk sakit gigi, tirtha untuk potong gigi, gangguan ilmu hitam
1.6. Tirtha Sakit Tulang, (auranya-lembayung ; energi-hangat dalam tulang), baik untuk gangguan pada tulang, pertumbuhan tulang
1.7. Tirtha Asmara, (auranya-merah muda ; energi-kebahagiaan), baik
untuk meningkatkan rasa cinta kasih dalam keluarga, perjodohan
1.8. Tirtha Ketenangan Emosi, (auranya-bening ; energi-dingin menyengat), baik untuk meredam amarah/emosi.
1.9. Tirtha Penyakit Saluran Nafas, (auranya-biru kehijauan ; energi segar), baik untuk batuk, pilek, amandel, asma.
1.10. Tirtha Rambut, (auranya-putih kekuningan ; energi-rasa tebal
dikepala), baik untuk menyubutkan rambut, kerontokan, gatal-gatal
dikepala.
1.11. Tirtha Pengentas I, (auranya-putih kekuningan), bagi jasadnya masih ada
1.12. Tirtha Pengentas II, (auranta-putih), bagi jasadnya sudah tidak ada
1.13. Tirtha Merta, (auranya-kuning emas ; energi-menyejukan), baik
untuk melapangkan rejeki, kesuburan tanah pertanian, karier, kharisma,
kesucian tempat usaha
1.14. Tirtha Sudamala, (auranya-putih cemerlang ; energi-manis madu),
baik untuk menyucikan jasmani/rohani, memperkuat kundalini, memperlancar
sistem pembuluh darah, autis, ngompol, meningkatkan spiritual.
2. Tirtha Pelebur Kutukan dan Sumpah (2 pancuran):
2.1. Tirtha Pelebur Kutukan, (auranya-kuning kebiruan ; energi-sejuk dikepala)
2.2. Tirtha Pelebur Sumpah/Cor, (auranya-kuning keputihan ; energi-idem)
3. Tirtha Penyakit Berat dan Tirtha Upakara (6 pancuran):
3.1. Tirtha Gering, (auranya-panca warna ;
energi-merinding/ketakutan), baik untuk melebur kekotoran dalam diri,
penetralitas energi negatif, menghilangkan sifar angkara murka,
membersihkan aura luar dan dalam, memperoleh keturunan, penyembuhan
penyakit berat spt. kanker, infeksi
3.2. Tirtha Leteh, (energi-kulit terasa mengelupas), baik untuk
peleburan leteh/sebel/cuntaka, mempercepat penyembuhan penyakit,
meningkatkan kesucian.
3.3. Tirtha Penyakit Berat (auranya-merah menyala ; energi-dada terasa begetar)
3.4. Tirtha Pengulapan, (auranya-kuning kemerahan)
3.5. Tirtha Pengenteg Beras (auranya-kuning keputihan)
3.6. Tirtha Kesejahteraan Keluarga (auranya-putih)
Dan waktu yang paling bagus untuk melukat ialah ketika pergantian
dari malam ke pagi yaitu 23:59 atau jam 12 malam. Dan dihimbau hendaknya
sebelum melukat harus dalam keadaan bersih yaitu sudah mandi terlebih
dahulu dirumah dan sempatkan sembahyang di Sanggah/Merajan untuk memohon
restu kepada Ida Bhatara Hyang Guru agar tujuan dari kita melukat
terwujud.
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang
kurang lengkap atau kurang tepat mohon dikoreksi bersama. Suksma…